Skip to main content

Seni Sandiwara Masih Eksis Di Tengah Arus Globalisasi

Di antara sekian banyak ragam kesenian tradisionil yang hingga kini masih  eksis di masyarakat Kabupaten Indramayu, Jawa Barat  adalah Seni Sandiwara. Sebuah kesenian rakyat yang menampilkan alur cerita sejarah atau  asal usul daerah yang diiringi suara gamelan para nayaga. Sebagian Grup Sandiwara  masih eksis,  karena mampu dipertahankan masyarakat. Tapi sebagian  lainnya mengalami nasib tragis;   bubar atau mati karena tidak mampu bertahan. Salah satu Grup Sandiwara yang masih bertahan hingga sekarang adalah Grup Sandiwara Lingga Buana dari Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Pada Senin (24/9/18) Grup Sandiwara Lingga Buana ini  tampil menghibur masyarakat pada acara munjungan atau ulang tahun Buyut Wanakerti, Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Indramayu.
Ratusan penonton menyaksikan penampilan Sandiwara  yang ditanggap siang-malam.  Jumlah penonton Sandiwara pada siang hari cukup banyak. Kebanyakan ibu-ibu. Layaknya penonton dangdut,  mereka pun  memberi saweran kepada pemain atau sinden idola. Ada yang berupa  uang tunai ada juga yang berupa tokok.
Suparli Kasim, menjelaskan, sandiwara mulai tumbuh dan berkembang di Kabupaten Indramayu sejak 1940- an. Keberadaannya mendapat pengaruh dari kesenian ketoprak yang ada di Jawa Tengah. Bahkan dari sisi penampilan, sandiwara maupun ketoprak memiliki ke samaan. "Keduanya sama-sama menampilkan drama. Ada dialog dan monolognya, menampilkan tarian dan tembang,". Selain itu, para pemainnya pun menggunakan kostum sesuai jalan cerita yang sedang ditampilkan. Meski hampir sama, namun ada perbedaan dari sisi isi cerita, gamelan maupun bahasa yang digunakan para pemainnya. Sandiwara menampilkan cerita tentang sebuah sejarah, legenda, babad mau pun mitos, dan biasanya berkaitan dengan sebuah kerajaan atau terbentuknya suatu daerah.
Dalam setiap satu kali pementasan, pertunjukkan sandiwara akan berlangsung dalam beberapa babak. Di antara babak-babak tersebut, ada satu babak yang khusus menampilkan humor yang mampu mengocok perut para penonton.
Biasanya, pementasan sandiwara akan dimulai pukul 20.00 WIB dengan didahului oleh penabuham gamelan dan berakhir pukul 03.00 WIB. "Kalau zaman dulu, sandiwara akan berlangsung sampai subuh,"
Carmita menambahkan, pada 1940-an, pertunjukan sandiwara masih bersifat sederhana. Kala itu, sandiwara belum ditam pilkan di atas panggung. Penerang yang digunakan pun masih berupa lampu petromaks.

Panggung yang dilengkapi lampu berwarna-warni saat pementasan sandiwara baru ada pada era 1970-an. Selain itu, panggung pun dihiasi dekorasi lengkap dan disesuaikan dengan jalan cerita yang dipentaskan. Supali mengungkapkan, masa kejayaan sandiwara sebagai pertunjukkan rakyat berlang sung pada 1970-an hing ga 1990-an. Kala itu, banyak bermunculan grup sandiwara di berbagai daerah.
Namun, seiring munculnya kesenian hiburan modern, ter utama organ tunggal, pertunjuk kan sandiwara pun mengalami kemunduran. "Sandiwara tidak punah, tidak pernah habis. Ha nya secara kuantitas menurun,"
Carmita menyebutkan, saat ini, hanya tinggal sekitar 50 grup sandiwara yang tetap bertahan. Sisanya, bertumbangan karena tak kuasa melawan derasnya per saingan dengan hiburan mo dern. Dari grup-grup sandiwara itu, tercatat ada beberapa grup yang terkenal di tengah ma sya rakat. Di antaranya grup Gajah Mada asal Kecamatan Sukra dan grup Panglipur Manah asal Ke camatan Lohbener, yang tenar pada era 1950-an.

Pada masa 1960-an, ada grup Darma Saputra asal Plumbon, Kecamatan Indramayu. Pada era 1970-an, muncul grup Budi Suci di Suranenggala, Kabupaten Cirebon dan Candra Kirana asal Gegesik, Kabupaten Cirebon. Adapula grup Indra Putra, asal Cangkingan Kecamatan Karang ampel yang ngetop di era 1980- an. Pada 2014, muncul grup Budaya Pantura di Kecamatan Kroya yang langsung naik daun. saat ini, hanya Sebagian Grup Sandiwara  masih eksis,  karena mampu dipertahankan masyarakat. Tapi sebagian  lainnya mengalami nasib tragis;   bubar atau mati karena tidak mampu bertahan.

Panggung yang dilengkapi lampu berwarna-warni saat pementasan sandiwara baru ada pada era 1970-an. Selain itu, panggung pun dihiasi dekorasi lengkap dan disesuaikan dengan jalan cerita yang dipentaskan. Supali mengungkapkan, masa kejayaan sandiwara sebagai pertunjukkan rakyat berlang sung pada 1970-an hing ga 1990-an. Kala itu, banyak bermunculan grup sandiwara di berbagai daerah.

Para kru Sandiwara sadar, di tengah persaingan yang sangat ketat, Grup  Sandiwara  harus mampu  beradaptasi atau menyesuaikan penampilan dengan keinginan penonton. Sebab  penonton itulah yang membiayai kehidupan  Grup Sandiwara. “Saat ini masyarakat atau penonton sedang gandrung irama musik Dangdut Dermayonan,  karenanya Grup Sandiwara pun harus bisa menyuguhkan musik Dangdut Dermayonan,” ungkap Udin, 48. Irama musik Dangdut Dermayonan biasanya tampil sebagai selingan,  di sela-sela berlangsungnya alur cerita sandiwara. Irama musik Dangdut Dermayonan  dinyanyikan sinden atau seri wanita dalang sandiwara. “Jika Sandiwara tidak bisa menyesuaikan keinginan penonton,  maka  Grup  Sandiwara harus menerima kenyataan pahit ditinggalkan penonton.
Pada akhirnya Grup Sandiwara akan mati atau bubar karena tidak ada yang mengundang untuk pentas,” kata Carmita, 56 warga Kecamatan Losarang. Karena itu Grup Sandiwara harus mampu memenuhi keinginan penonton. Walaupun suguhan irama musik Dangdut Dermayonan hanya selingan atau tidak mendominasi, namun hal itu dianggap sudah cukup menghibur para penonton.
Carmita menilai, selain ke mun culan hiburan modern, pe nurunan pamor sandiwara juga disebabkan beberapa hal. Di antaranya, masyarakat menilai mengundang grup sandiwara memiliki kerepotan karena me miliki kru yang berjumlah hing ga sekitar 70 orang. Seluruh kru tersebut, harus ditanggung makan maupun akomodasi lainnya oleh pemangku hajat. Tak hanya itu, tarif untuk mengundang sebuah grup sandiwara juga bisa mencapai belasan juta rupiah.

Memang tidak ada yang salah dari penampilan  Sandiwara  yang mengalami perubahan penampilan saat ini.  Sebab Sandiwara itu merupakan salah satu  kesenian yang dinamis. Meskipun jika ditonton dari kaca mata seni, penampilan Sandiwara zaman now itu sedikit berbeda dari pakem kesenian  itu sendiri,  namun demi mempertahankan ‘hidupnya’ Sandiwara juga harus bisa memainkan irama Dangdut Dermayonan. Jika penampilan Sandiwara banyak mengalami perubahan kata Carmita itu merupakan bagian dari dinamisasi berkesenian. Perubahan didasari atas kemauan penonton yang setia "menghidupi" sekitar 55 crew, terdiri dari dalang atau pemain, nayaga atau penabuh alat musik dan bagian peralatan. Semuanya berpulang kepada kemana arah angin itu berhembus. Sejak Tahun Baru Islam 1 Muharam itu masyarakat di berbagai desa di Kabupaten Indramayu sedang musim pesta hajatan, entah pernikahan, sunatan atau rasulan dengan menanggap kesenian. Salah satunya Sandiwara.
Kesenian Sandiwara Cirebon cocok untuk :
- Pembukaan suatu acara
- Penyambutan tamu kehormatan / pejabat
– Peresmian suatu tempat/ perusahaan/ Acara
- Pernikahan/ khitanan adat Cirebon, Jawa Barat/ Nasional
- Gathering
- Silaturahmi
- Undangan dalam rangka kompetisi seni tradisional
- Pentas Seni
- Kesenian yang bertemakan kolosal
- Kenaikan kelas/ pelepasan siswa/ tahun pelajaran baru
- Penyambutan hari besar keagamaan dan Nasional
- Dan lain-lain

Comments

Artikel Populer

Alat-Alat Musik dan Naskah Yang Digunakan Dalam Kesenian Sandiwara

     Pada kali ini Saya akan sedikit mengulas alat-alat musik dan naskah yang digunakan dalam kesenian sandiwara. Seni Budaya Sandiwara yang kini mulai ditinggal kan masyarakat cirebon karena jasa sewa fullset Seni sandiwara ini terbilang mahal. Seni Budaya sandiwara adalah kesenian rakyat wilayah pantura yang berasal dari Cirebon, diyakini terlahir di Cirebon dan berkembang pesat di Jawa barat. Sebuah bentuk teater yang mengandung unsur utama berupa dialog, tembang dan dagelan dengan diiringi oleh Gamelan.      Sandiwara Cirebon dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan sebutan “masres” pada tahun 1940-an, ketika Cirebon diduduki oleh kolonialis Jepang. Berdasarkan keterangan yang dihimpun para tokoh sandiwara Cirebon saat ini, disebutkan bahwa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, di daerah Cirebon muncul kesenian yang digemari oleh masyarakat yaitu reog Cirebonan, yang terkenal dengan nama reog sepat.       Pertunjukan reog itu terdiri dari dua bagian. Pertama beru

Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Jenis jenis Seni Drama Sandiwara

Se ni ialah karya manusia yang memiliki unsur unsur keindahan (estetika) didalamnya. Seni tersebut dapat dibagi menjadi beberapa macam, salah satunya ialah seni drama. Dalam ilmu seni, drama tersebut dapat dijabarkan menjadi pengertian seni drama, tujuan seni drama, manfaat seni drama dan jenis jenis seni drama. Seni drama identik dengan dialog yang berlatar tertentu. Bahkan didalamnya terdapat unsur permasalahan atau perselisihan yang dialami oleh tokoh. Selain itu karya seni ini telah melekat dan menyebar luas dikalangan masyarakat. Bahkan adapula seni drama yang mengusung tema budaya dengan ciri khasnya sendiri. Karya seni drama telah dianggap penting dalam masyarakat karena dapat menjelaskan lebih dalam mengenai kehidupan manusia dengan tambahan unsur unsur nyata didalamnya. Unsur utama dalam seni drama ialah bahasa yang digunakan. Namun semua itu juga disertai dengan unsur pendukung lainnya. Nah pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan tentang pengertian seni drama, tujuan