Skip to main content

Kesenian Sandiwara Sunda

Kesenian Budaya Sandiwara Sunda di Kota Bandung, saat ini sudah mulai kurang diminati generasi muda, hal tersebut ditunjukan dari minimnya penonton pecinta seni sandiwara sunda yang sudah mulai jarang, pelaku yang berminat belajar seni sunda sudah terus berkurang, bahkan saran prasarana untuk berlatih dan pertunjukan sandiwara sundapun sudah mulai tak layak digunakan, kata salah satu Tokoh Kesenian Sandiwara Sunda Jawa Barat, Yayat.R.A.Solichin.

Menurut Tokoh Seni Sunda Jawa Barat, Yayat, jika pemerintah mau melestarikannya dengan dukungan sarana prasarana kelengkapan belajar sandiwara Sunda, seni tradisional bangkit kembali,

Dulu Kesenian Sandiwara Sunda yang mulai berkembang pada tahun 1960 sampai tahun 1990 banyak digemari, baik pelajar maupun masyarakat umum. Hingga menginjak tahun 2000-an, Kesenian Sandiwara Sunda menjadi banyak diminati pelajar dan masyarakat, dan mulai mengalami perkembangan segi sarana media peraga dan dekorasinya, meski berkembang lebih berbau modern, namun isi cerita tetap sama pada legenda-legenda cerita di bumi parahyangan, khususnya cerita sunda, cerita Yayat ketika ditemui Harian Bandung Ekspres di Padepokan Seni Mayang Sunda di Jalan Peta (Lingkar Selatan), Kota Bandung, Jum’at (14/6).

Menurut tokoh seniman sunda, Yayat yang berambut gondrong tersebut, dulu kesenian tradisional menjadi acara sering di tunggu kaula muda dalam pertunjukannya, namun sekarang penonton dan pemain sandiwara sunda sudah mulai berkurang. Ia mulai merintis seni panggung dengan masuk organisasi pemuda kemudian sekolah Akademi Film dan Tari (AFT), dan pada tahun 1957, kemudian ikuti perkumpulan sandiwara sunda. Pada tahun 1960, Yayat ikut menjadi Pemain Drama di Hotel Savoy Homan Kota Bandung, juga pernah main film dengan judul Toha Pahlawan Bandung Selatan bersama Rachmat Hidayat dan Mike Wijaya.

Kesenian Sandiwara Sunda pada tahun 1960 sampai 1970, panggung sandiwara mutlak dengan background sarana tradisi dengan memakai layar yang dicat berupa pemandangan. Sementara pada tahun 1980 sampai tahun 2000, terjadi kemajuan sarana pertunjukan diwarnai dengan dilengkapi peraga dekorasi terlihat menjadi makin hidup pertunjukan , dan pecinta sandiwara sunda banyak digemari anak muda dan dewasa, cerita Yayat.

Masa itu menjadi masa perkembangan kesenian tradisional mulai bangkit, namun kini mulai ditinggalkan akibat pengaruh kemajuan jaman, dan agar seni tradisional terus berkibar kembali, hendaknya harus diawali dengan kegiatan seni kebudayaan tradisional dengan dukungan Pemerintah, karena sara prasarana juga sudah mulai kesulitan.

Sandiwara seni sunda di gelar di Padepokan Seni Mayangpada oleh Sanggar Viktra, pertunjukan tersebut menggelar cerita Legendaris Jawa Barat, yakni terakhir mnggelar pertunjukan sandiwara seni sunda yakni sandiwara sunda dengan cerita Jaka Sona yang dikenal cerita seoarang anak yang setelah dewasa tanpa disadri hendak mempersunting ibu kandungnya sendiri dengan legenda Tangkuban Perahu,

Menurut analisis saya, Sandiwara sunda mulai ditinggalkan karena kurangnya peminat penonton dan sarana maupun prasarana, pelaku sandiwara sunda juga sudah sangat jarang yang ingin belajar. Dan pendapat saya supaya tradisi ini bangkit adalah sarana dan prasarananya di sediakan dan mengajak kalangan muda sekarang untuk melestarikannya. Dengan cara belajar dan mengembangkan sandiwara sunda menjadi lebih modern .


UNSUR CERITA SANDIWARA

Terdapat beberapa jenis cerita yang diangkat dalam pertunjukan sandiwara, yaitu cerita pantun, cerita Mahabarata dalam bentuk wayang orang, cerita babad, dan cerita desik. Cerita pantun antara lain Lutung Kasarung, Sangkuriang, dll. Cerita wayang antara lain Arjunawiwaha, Bangbang Kombayana, dll. Cerita babad di antaranya Dewi Roro Kidul dan Hayam Wuruk, Damar Wulan, Ciung Wanara, dan Suryaningrat. Cerita desik diambil dari cerita seribu satu malam, antaranya adalah Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dll.


UNSUR BAHASA, DRAMA, TARI, SUARA, DAN RUPA

Bahasa dan sastra menyangkut penggunaan bahasa dan ungkapan dalam pertunjukan sandiwara. Bahasa yang Pemeran digunakan dalam pertunjukan sandiwara adalah bahasa Sunda berbentuk prosa, namun di sana-sini terdapat banyak sekali ungkapan-ungkapan yang puitis.

Unsur drama menyangkut pemeranan dalam pertunjukan sandiwara, misalnya raja, permaisuri, patih, adipati, tumenggung, dll. Setiap pemeran melakukan dialog satu sama lain dan terlibat dalam konflik yang dibangun. Di dalam pemeranan, ada yang disebut pemeran utama dan pemeraeran pembantu.

Pemeran utama adalah tokoh yang diutamakan dalam sebuah cerita. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan dan banyak hadir dalam setiap kejadian. Dalam pemeran utama ada tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang secara umum memiliki sifat baik dalam sebuah cerita. Tokoh protagonis selalu dilawankan dengan tokoh antagonis. Tokoh antagonis merupakan tokoh yang identik dengan sifat jahat. Tokoh protagonis dan antagonis selalu memiliki sifat oposisi, mereka seringkali berkonflik baik secara fisik maupun secara psikis dan batin.

Pemeran utama wanita dalam pertunjukan sandiwara dikenal dengan sebutan sripanggung. Mimi Karwati, Nanah Hasanah, adalah dua orang sosok sripanggung yang sangat dikenal pada masanya.

Sementara itu tokoh tambahan adalah tokoh yang kemunculannya sedikit, memiliki peran yang tidak terlalu penting, dan kemunculannya hanya ada jika terdapat kaitan dengan tokoh utama baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Unsur tari tersaji untuk cerita-cerita pantun, cerita wayang, dan cerita babad. Hampir semua pemain sandiwara mampu menari, dengan karakter tarian sesuai dengan peran masing-masing pemain.

Seni suara tersaji dalam bentuk nyanyian yang dibawakan oleh sinden dan diiringi oleh pemain Kendang Atau Gendang, Gong, Suling, Gambang, Bonang, Siter, Rebab, Kenong, Kempul, Kethuk, Kempyang, Gender Seperti halnya pertunjukan wayang, setiap adegan memiliki karakter lagu dan jenis tabuhan tertentu.

Seni rupa muncul dalam bentuk artistik latar belakang panggung berupa layar-layar yang dibentang, dan digulung ke atas jika tidak sedang dipakai. Setiap layar digambar sesuai karakter bagian cerita atau adegan, misalnya layar putih, layar merah, gambar kadipaten, gambar kaputren, keraton, taman sari, hutan, pekarangan, hutan, pasar, perkampungan dll.


TATA CARA PERTUNJUKAN

Pertunjukan sandiwara, yang dimainkan tanpa skenario tertulis, terdiri atas beberapa adegan atau disebut juga bedrip. Para pemain yang masuk pada setiap adegan menarikan tarian sesuai karakter yang dibawakannya.

Seperti halnya pertunjukan teater, alur cerita biasanya terdiri atas pengenalan – konflik – klimaks – penyelesaian.


PROSPEK DAN PEMBINAAN

Sandiwara Sunda kini menghadapi masa yang amat sulit. Perkembangan teknologi informasi yang menyajikan berbagai fenomena dunia yang semakin mudah, semakin mempersempit ruang gerak sandiwara Sunda untuk tetap eksis. Jika di beberapa tempat di Majaléngka masih terdapat grup Sandiwara yang masih hidup, adalah karena generasi pemain Sandiwara masih mencoba menghidupi kesenian yang satu ini, walaupun tidak menjanjikan mampu menghidupi dirinya sendiri melalui kesenian yang dikembangkannya ini.

Prospek yang paling mungkin adalah upaya pelestarian kesenian yang semakin tersudut ini melalui upaya-upaya :

1. Regenerasi, berupa pelatihan pengetahuan dan pemeranan sandiwara kepada generasi muda.

2. Penulisan naskah drama baik berupa bagal cerita, cerita utuh, maupun berupa skenario, sehingga sandiwara dapat dimainkan oleh para pemula.

3. Adanya upaya pembaharuan dari para pelaku sandiwara Sunda, sehingga sandiwara tampil dengan bentuk baru namun tidak meningalkan khas tradisionalnya. Dengan upaya pembaharuan itu, sandiwara Sunda akan mampu bersaing dengan tontonan lain yang marak berkembang di Majaléngka.

Pembaharuan itu misalnya dalam olah cerita, teknik pemeranan, gending, dan sebagainya. Boleh jadi campursari yang berkembang di wilayah Jawa Tengah menjadi contoh yang baik dari sebuah upaya pembaharuan.

4. Perhatian serius dari pemerintah untuk tetap memberikan kehidupan kepada kesenian sandiwara Sunda, baik berupa pementasan rutin, maupun subsidi dengan teknis-teknis tertentu.

Comments

Artikel Populer

Perbedaan semi sandiwara sendratari dan tablo

                                                    Sandiwara sendratari adalah kepanjangan akronim ini seni drama dan tari, artinya pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang penari dan mengisahkan suatu cerita dengan tanpa menggunakan percakapan Sendratari sendratari ialah kombinasi atau adonan antara seni drama dan seni tari,para pemain sendratari terdiri dari penari-penari yang berbakat,rangkaian insiden dalam dongeng diwujudkan dalam bentuk tari yang diiringi musik dalam sendratari tidak terdapat dialog hanya saja kadang kala dibumbuhi narasi singkat supaya penonton tidak terlalu abnormal dan resah tentang dongeng yang sedang dipentaskan sendratari intinya lebih mengutamakan tari daripada jalan dongeng di dalamnya melalui atau bersama ini dongeng yang melatarbelakangi sendratari Istimewa untuk berupa sarana contoh lengkap sendratari yang terkenal yaitu Sendratari Ramayana yang dipersembahkan dengan iringan gamelan Jawa. Awalnya dipentaskan di Prambana

Alat-Alat Musik dan Naskah Yang Digunakan Dalam Kesenian Sandiwara

     Pada kali ini Saya akan sedikit mengulas alat-alat musik dan naskah yang digunakan dalam kesenian sandiwara. Seni Budaya Sandiwara yang kini mulai ditinggal kan masyarakat cirebon karena jasa sewa fullset Seni sandiwara ini terbilang mahal. Seni Budaya sandiwara adalah kesenian rakyat wilayah pantura yang berasal dari Cirebon, diyakini terlahir di Cirebon dan berkembang pesat di Jawa barat. Sebuah bentuk teater yang mengandung unsur utama berupa dialog, tembang dan dagelan dengan diiringi oleh Gamelan.      Sandiwara Cirebon dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan sebutan “masres” pada tahun 1940-an, ketika Cirebon diduduki oleh kolonialis Jepang. Berdasarkan keterangan yang dihimpun para tokoh sandiwara Cirebon saat ini, disebutkan bahwa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, di daerah Cirebon muncul kesenian yang digemari oleh masyarakat yaitu reog Cirebonan, yang terkenal dengan nama reog sepat.       Pertunjukan reog itu terdiri dari dua bagian. Pertama beru